HAMBURG - Ilmuwan telah mengidentifikasi
salah satu bagian area dalam lukisan yang dibuat oleh Vincent Van Gogh
(1853-1890). Menggunakan Sinar-X mutakhir, ilmuwan menemukan bahwa bunga
yang dilukis itu dapat mengalami degradasi atau perubahan warna dari
waktu ke waktu.
Dilansir Eurekalert, Sabtu (15/9/2012), ilmuwan mengamati bagaimana bunga yang dilukis Van Gogh mampu mengalami perubahan warna. Mereka mengatakan bahwa pernis atau minyak pelindung cat yang digunakan setelah kematian sang pelukis, mampu menghasilkan beberapa bunga kuning cerah berubah menjadi oranye-abu-abu.
Asal usul perubahan ini merupakan proses degradasi warna yang sampai saat ini belum diketahui pada wilayah antarmuka, antara cat dan pernis. Untuk itulah ilmuwan melakukan penelitian dan mempelajarinya di European Synchrotron Radiation Facility ESRF di Grenoble (Perancis) dan Deutsches Elektronen-Synchrotron DESY di Hamburg (Jerman).
Hasil temuan peneliti akan diterbitkan dalam edisi Analytical Chemisty. Tim peneliti dipimpin oleh Koen Janssens dari Antwerp dan melibatkan ilmuwan dari TU Delft (Belanda), French CNRS, Kröller-Müller Museum di Otterlo (Belanda), ESRF dan DESY.
Vincent Van Gogh menciptakan sebuah lukisan dengan tema bunga dalam vas pada 1887 di Paris dan di awal abad ke-20, lukisan buatannya disimpan dalam Kröller-Müller Museum. Sang maestro tampaknya tidak menggunakan pernis pada pekerjaannya, namun lukisan tersebut kemudian diamankan dan menggunakan pernis perlindung.
Kuning cadmium digunakan Van Gogh yang merupakan pigmen baru, di mana bahan ini baru-baru ini ditemukan ilmuwan dalam lukisan yang tidak dipernis. Bahan ini mengalami proses oksidasi dengan udara (cadmium sulfat CdSO4) yang membuat pigmen kehilangan warna serta membuatnya mengkilau.
"Kami mengidentifikasi proses ini beberapa tahun yang lalu dan melakukan pengamatan. Kami mengamati bahwa terdapat lapisan oksidasi transparan, di mana pigmen dalam lukisan ini terlindungi dengan kerak berwarna gelap, yang membuat kami begitu tertarik untuk menelitinya," jelas Janssens. (fmh)
Dilansir Eurekalert, Sabtu (15/9/2012), ilmuwan mengamati bagaimana bunga yang dilukis Van Gogh mampu mengalami perubahan warna. Mereka mengatakan bahwa pernis atau minyak pelindung cat yang digunakan setelah kematian sang pelukis, mampu menghasilkan beberapa bunga kuning cerah berubah menjadi oranye-abu-abu.
Asal usul perubahan ini merupakan proses degradasi warna yang sampai saat ini belum diketahui pada wilayah antarmuka, antara cat dan pernis. Untuk itulah ilmuwan melakukan penelitian dan mempelajarinya di European Synchrotron Radiation Facility ESRF di Grenoble (Perancis) dan Deutsches Elektronen-Synchrotron DESY di Hamburg (Jerman).
Hasil temuan peneliti akan diterbitkan dalam edisi Analytical Chemisty. Tim peneliti dipimpin oleh Koen Janssens dari Antwerp dan melibatkan ilmuwan dari TU Delft (Belanda), French CNRS, Kröller-Müller Museum di Otterlo (Belanda), ESRF dan DESY.
Vincent Van Gogh menciptakan sebuah lukisan dengan tema bunga dalam vas pada 1887 di Paris dan di awal abad ke-20, lukisan buatannya disimpan dalam Kröller-Müller Museum. Sang maestro tampaknya tidak menggunakan pernis pada pekerjaannya, namun lukisan tersebut kemudian diamankan dan menggunakan pernis perlindung.
Kuning cadmium digunakan Van Gogh yang merupakan pigmen baru, di mana bahan ini baru-baru ini ditemukan ilmuwan dalam lukisan yang tidak dipernis. Bahan ini mengalami proses oksidasi dengan udara (cadmium sulfat CdSO4) yang membuat pigmen kehilangan warna serta membuatnya mengkilau.
"Kami mengidentifikasi proses ini beberapa tahun yang lalu dan melakukan pengamatan. Kami mengamati bahwa terdapat lapisan oksidasi transparan, di mana pigmen dalam lukisan ini terlindungi dengan kerak berwarna gelap, yang membuat kami begitu tertarik untuk menelitinya," jelas Janssens. (fmh)