Seorang Mufti Masjidil Haram, mengisahkan kisah nyatanya sendiri, dia berkata :
Pada suatu kesempatan, aku duduk di
sebuah tempat, Kupalingkan pandanganku kesana kemari melihat
makhluk-makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Akupun terkagum-kagum dengan
ciptaan ar-Rahman Subhanahu Wa Ta’ala. Seekor semut menarik perhatianku.
Dia berkeliaran di sekitarku untuk mencari sesuatu, mencari, dan
mencari. Tidak merasa terbebani, juga tidak bosan.
Di tengah-tengah pencariannya, dia
menemukan sisa-sisa bangkai belalang, tepatnya adalah kaki belalang.
Diapun menyeretnya, dan menyeretnya, dan berusaha untuk membawanya ke
tempat tertentu yang telah ditentukan oleh hukum mereka di dunia semut.
Dia sudah banyak berusaha dalam usahanya tersebut. Setelah beberapa
waktu, dan kesungguhan, dia merasa tidak bisa membawa kaki belalang
tersebut. Lalu dia tinggalkan buruan berharga tersebut, kemudian pergi
ke suatu tempat yang tidak kuketahui, dan diapun menghilang.
Selang beberapa waktu, dia kembali
bersama dengan sejumlah besar semut. Di saat aku melihat kemana mereka
menuju, aku tahu bahwa semut yang tadi telah mengajak mereka semua untuk
membantunya mengangkat apa yang tidak mampu dia angkat. Akupun ingin
hiburan sedikit, kuambil kaki belalang tersebut, lalu kusembunyikan.
Maka dia dan semut-semut lain yang bersamanya mencari kaki tersebut,
mereka mencarinya kesana kemari tanpa ada hasil, hingga mereka putus asa
akan keberadaannya, lalu merekapun pergi meninggalkan tempat tersebut.
Setelah itu, semut yang pertama datang kembali sendirian menuju tempat
tadi. Sebelum dia sampai pada tempat tadi, kukembalikan kaki belalang di
hadapannya.
Maka mulailah dia mengitari dan melihat
di sekelilingnya. Lalu dia berusaha untuk menyeretnya lagi, berusaha dan
berusaha, hingga dia merasa lemah. Kemudian dia pergi meninggalkan
tempat itu sekali lagi. Akupun yakin bahwa dia pergi untuk memanggil
kabilah semutnya guna membantunya untuk mengangkat kaki belalang yang
ditemukannya tersebut. Setelah itu, datanglah sekumpulan semut bersama
semut tadi, dan kukira itu adalah kelompok semut yang sama seperti
tadi!! Mereka pun datang, dan saat aku melihat mereka berjalan di
belakang semut pertama menuju tempat tadi, akupun banyak tertawa, lalu
kuambil kaki belalang dan kusembunyikan dari mereka sekali lagi.
Merekapun mencari kesana kemari, mereka mencari dengan penuh keikhlasan.
Demikian pula semut tadi mencari dengan sepenuh semangat dan
keyakinannya, berputar kesana kemari, melihat ke kanan dan ke kiri, agar
melihat sesuatu, akan tetapi tidak ada sesuatupun. Pada saat seperti
ini, terjadilah sesuatu yang aneh. Sekumpulan semut itu berkumpul
bersama yang lain setelah mereka bosan mencari, dan diantara mereka
terdapat semut yang pertama. Kemudian tiba-tiba mereka menyerangnya,
lalu memotong-motongnya secara ganas di hadapanku. Dan demi Allah, aku
melihat kepada mereka, sementara aku ada pada keterkejutan yang besar.
Apa yang terjadi membuatku takut… mereka
membunuhnya… mereka memotong-motongnya di hadapanku. Astaghfirullah! Ya,
mereka memotong-motongnya di hadapanku… dia terbunuh karena aku… mereka
membunuhnya karena mereka menyangka bahwa dia telah berdusta kepada
mereka!!! SubhanAllah, hingga bangsa semut memandang dusta sebagai aib,
dan kekurangan, bahkan dosa besar yang pelakunya dihukum bunuh!! Semut
menganggap dusta adalah sebuah kejahatan, dan memberikan hukuman
atasnya!! Maka bagaimana jika dusta itu membawa keburukan, atau
keragu-raguan yang di belakangnya akan timbul fitnah, peperangan, dan
kehancuran rumah tangga?! Serta penderitaan rakyat banyak karena para
wakil rakyat yang dipilih ternyata mendustai rakyatnya dengan korupsi,
nepotisme, dll. serta pemimpin negara ini mendustai dan mendurhakai
HUKUM ALLAH yang wajib diterapkan… Maka dimanakah orang yang bisa
mengambil pelajaran dari semut kecil ini ? Subhanallah walhamdulillah…