Artikel berikut ini cuman untuk sekedar menambah pengetahuan :)
Keep enjoy !
Ok, langsung aja ke intinya. Karbon dioksida merupakan hasil dari produksi energi, namun haruskah
selalu dianggap sebagai produk limbah? Gas ini bisa menjadi sumber daya
terbarukan yang berguna dan menjadi agen kimiawi yang ramah lingkungan.
Jika kita benar-benar bisa menggunakannya, ini tidak saja akan
mengurangi emisi karbon dioksida ke atmosfer, tapi juga mengurangi
ketergantungan kita pada petrokimia, yang pada akhirnya akan mulai
habis.
Dalam jurnal Angewandte Chemie, para ilmuwan
Perancis yang bekerja dengan Thibault CANTAT dari Institut Rayonnement
Matière de Saclay, Gif-sur-Yvette, kini telah memperkenalkan pendekatan
baru untuk konversi karbon dioksida menjadi blok bangunan yang bisa
digunakan untuk sintesis kimia sekaligus menjadi bahan bakar baru.
“Karbon dioksida adalah blok bangunan berlimpah C1
yang tidak beracun,” kata CANTAT. “Hanya sedikit proses yang
menggunakan bahan awal ini untuk dikembangkan, karena karbon dioksida
merupakan molekul sangat stabil yang tidak dapat dengan mudah dibuat
untuk bereaksi.”
Untuk saat ini, ada dua pendekatan yang berbeda
dalam penggunaan karbon dioksida. Menurut CANTAT, “Dalam pendekatan
‘vertikal’, karbon dioksida dikurangi, yang artinya keadaan oksidasi
atom karbon dikurangi dengan penggantian formal oksigen dengan hidrogen.
Hal ini menyebabkan molekul menjadi seperti metanol atau asam formiat,
yang dapat dikonversi menjadi bahan bakar. “Produk ini memiliki
kandungan energi yang lebih tinggi daripada karbon dioksida, namun hanya
sedikit bahan kimia yang dapat diproduksi dengan cara ini.
“Dalam
pendekatan ‘horisontal’, atom karbon difungsikan, yang artinya atom ini
membentuk ikatan baru pada oksigen, nitrogen, atau atom karbon
lainnya,” lanjut CANTAT. “Keadaan oksidasinya tetap sama, kandungan
energinya tidak meningkat.” Ini tidak menghasilkan bahan bakar, namun
bahan kimianya merupakan blok bangunan yang berguna untuk sintesis
kimia, seperti urea.
Tim riset Perancis dengan demikian mencoba
pendekatan kompromi, kombinasi kedua metode tersebut untuk membuat
pendekatan “diagonal”. Dengan metode ini, karbon dioksida dikurangi
sekaligus difungsikan dalam satu langkah. Hal ini memungkinkan sintesis
sejumlah bahan kimia yang jauh lebih besar, langsung dari CO2.
Reaksi
ini membutuhkan tiga hal: sebuah agen pereduksian (misalnya silan),
suatu molekul organik yang menjadi terikat pada atom karbon dari karbon
dioksida (misalnya amina), dan katalis khusus yang mengkatalisis baik
pengurangan maupun fungsionalisasian. Katalis yang sukses adalah basa
organik khusus yang terdiri dari sistem cincin yang mengandung nitrogen.
“Variasi
mitra reaksinya harus memungkinkan kita membuat seluruh rangkaian
senyawa kimia yang biasanya diperoleh dari bahan baku petrokimia,” kata
CANTAT, “misalnya, formamida derivatif, yang merupakan intermediasi
penting bagi industri farmasi dan kimia.”
Kredit: Wiley
Jurnal: Christophe Das Neves Gomes, Dr. Olivier Jacquet, Dr. Claude Villiers, Dr. Pierre Thuéry, Dr. Michel Ephritikhine, Dr. Thibault Cantat. A Diagonal Approach to Chemical Recycling of Carbon Dioxide: Organocatalytic Transformation for the Reductive Functionalization of CO2. Angewandte Chemie, 2011. DOI: 10.1002/anie.201105516
Jurnal: Christophe Das Neves Gomes, Dr. Olivier Jacquet, Dr. Claude Villiers, Dr. Pierre Thuéry, Dr. Michel Ephritikhine, Dr. Thibault Cantat. A Diagonal Approach to Chemical Recycling of Carbon Dioxide: Organocatalytic Transformation for the Reductive Functionalization of CO2. Angewandte Chemie, 2011. DOI: 10.1002/anie.201105516