Baca juga artikel menarik lainnya di iidiott.blogspot.com . Pecinta wikipedia? tambah pengetahuanmu di Pharmachylious . Keep Enjoi bro

Sabtu, 10 November 2012

Apa kata Pak Edy Herdyanto SH MH, dosen Kewarganegaraan Universitas Setia Budi Surakarta tentang aspirasi Mahasiswa

Belakangan aksi mahasiswa mulai dinilai miring oleh sebagian masyarakat. Pasalnya, bentrokan dan aksi anarkis mulai sering terjadi saat kalangan intelektual ini menyampaikan aspirasi.
Mahasiswa agaknya mulai mencari berbagai cara untuk memastikan aspirasi mereka yang mewakili suara masyarakat di dengar. Hal demikian dilakukan lantaran seolah pemangku kebijakan mulai “tak mendengar”. Apa yang dilakukan Sondang Hutagalung, mahasiswa Universitas Bung Karno dengan membakar diri di depan Istana Merdeka dinilai banyak pihak sebagai cara ekstrem yang ditempuh lantaran kekecewaan terhadap pemerintah.


Sebagai negara demokrasi, Indonesia menjamin kebebasan rakyatnya untuk menyampaikan pendapat. Hal ini tertuang jelas di dalam UUD 1945 yang menyatakan setiap warga Negara Indonesia memiliki kebebasan dalam berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat di muka umum.
“Indonesia merupakan Negara yang memiliki prinsip demokrasi yang baik, yaitu musyawarah untuk mufakat. Gunakan prinsip ini dalam penyelesaian masalah yang timbul di masyarakat,” tutur Edy Herdyanto SH MH, dosen Kewarganegaraan Universitas Setia Budi Surakarta.


Menyampaikan aspirasi atau pendapat agar didengar orang lain, kata dia, harus dilakukan dengan cara yang tepat. Misalnya di lingkungan kampus, terdapat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang akan menampung aspirasi mahasiswa. Jalur struktural yang aman bagi mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi adalah melalui badan tersebut. Sehingga alur aspirasi mahasiswa bisa jelas terbawa sampai pada instansi terkait. 


Penyampaian aspirasi dengan cara sangat ekstrem, sebaiknya dihindari. Karena selain merugikan diri sendiri juga akan berdampak negatif pada lingkungan. Sebagai mahasiswa dan generasi muda, pemegang kendali dari masa depan bangsa haruslah memahami bahwa menyampaikan aspirasi tidak selalu harus diwarnai dengan tindakan anarki.


Lebih lanjut, Edi mengatakan tindakan anarki belum tentu akan mengundang simpatik instansi pemerintahan. “Sangat disayangkan jika ada mahasiswa yang bertindak anarki dan ekstrem hanya agar mereka didengar,” imbuhnya.


Banyak cara untuk penyampaian aspirasi yang tepat, misalnya pada lembaga pemerintahan (DPRD), media elektronik, media massa dan lain-lain. Kalaupun cara-cara tersebut tidak mendapatkan titik temu, jalan demo pun bisa ditempuh. Tapi demo tidak hanya asal demo, harus dengan berbagai aturan dan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. “Mari kita belajar mengemas aspirasi dengan baik dan mengungkapkan dengan jelas tujuan dari aspirasi tersebut,” kata Narimo ST MM, Wakil Rektor III Universitas Setia Budi Surakarta ketika ditemui di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu.


Tak Asal Kebijakan-kebijakan pemerintah, lanjut dia, kerap menimbulkan pro dan kontra. Timbulnya aspirasi dengan argumen sering datang dari kalangan mahasiswa lantaran kebijakan tersebut dinilai merugikan masyarakat. Dengan adanya kebijakan tersebut, serta adanya keadilan bagi semua kalangan akan dianggap dapat membawa kesejahteraan .


Aspirasi tidaklah hanya sekadar pendapat-pendapat yang tidak bermutu atau hanya sekedar orasi-orasi semata. Namun dibalik semua itu ada gagasan yang dibentuk mahasiswa untuk kemajuan yang lebih baik lagi. Dalam lingkup akademia kampus, ada berbagai organisasi yang akan mewadahi segala aspirasi mahasiswa, sekaligus sebagai jembatan antara mahasiswa dan instansi pendidikan maupun instansi pemerintahan.


Seperti contohnya, organisasi Himatika Vektor yang diikuti Puspita Rahayuningsih. Mahasiswi Jurusan Matematika Universitas Negeri Malang (UM) ini mengungkapkan betapa pentingnya mengelola aspirasi mahasiswa agar bisa tersalurkan dengan cara yang tepat dan tidak berujung anarki. Di dalam salah satu program kerja organisasi tersebut, kata dia, dicantumkan cara penyelesaian masalah maupun penyaluran aspirasi dengan metode sarasehan. Metode tersebut dianggap konkret untuk menanggulangi aksi anarki di dalam penyampaian aspirasi.


“Mahasiswa adalah agent of change, di mana mahasiswa haruslah menjadi suatu wadah pengubah segala persepsi di masyarakat yang tidak baik, bukan malah bertindak anarki atau ekstrem seperti itu,” tutur Pusipita Rahayuningsih kepada Tim Akademia, belum lama ini. Pendapat senada diutarakan Irwan Kurniawicaksana, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Setia Budi Surakarta. Menurut dia penting untuk berpikir kreatif agar aspirasi bisa didengar tanpa harus menggunakan cara-cara ekstrem.  


[Tim USB]

Ditulis Oleh : Asy shahid AM // 06.29
Kategori:

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN BERKOMENTAR DAN IKUT SESAT BERSAMA ORANG-ORANG LAINNYA !

 
[Gunakan Mozilla firefox untuk tampilan Terbaik] Mohon maaf apabila setelah membaca artikel dalam blog ini anda mengalami diare, muntaber, tumbuh kumis, impotensi, bokong bernanah dan lain sebagainya. Hubungi Admin apabila sakit berlanjut [Kebijaksanaan pemirsa sangat dibutuhkan]
Diberdayakan oleh Blogger.